TANTANGAN TOL LAUT DAN POROS MARITIM

SENTA 2015, TANTANGAN TOL LAUT DAN POROS MARITIM

Event tahunan yang telah berlangsung kali ke-15 ini mengusung tema Teknologi Kelautan untuk Menjawab Tantangan Tol Laut dan Poros Maritim. Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD mengatakan acara ini merupakan salah satu seminar yang sangat konsisten penyelenggaraannya.
Para peserta SENTA tidak hanya sivitas akademika ITS saja tapi juga praktisi, profesionalis, dan pelaku bisnis bidang kemaritiman. Bahkan, juga ada delegasi dari Jepang.
Tak tanggung-tanggung, SENTA mendatangkan tiga pembicara sekaligus yang berkompeten di bidangnya. Mereka adalah Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam BAPPENAS Republik Indonesia Dr Ir Endah Murniningtyas, Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong Ir Prasetyadi DESS dan Project Director PKR-Damen Schelde Naval Shipbuilding Ir Jeroen Waalewijn.
Dalam pemaparannya, Endah membahas aset Indonesia yang sangat potensial untuk perkembangan poros maritim.Menurutnya, letak geografis Indonesia belum dimanfaatkan Indonesia, tetapi dinikmati oleh negara lain. “Jika aset Indonesia tidak dimanfaatkan sebagai poros maritim dunia maka hal itu akan memberikan beban bagi Indonesia sendiri,” tukasnya mantap.
Ia juga menekankan, selama ini Indonesia hanya menjadi penonton dan penjaga lalu lintas tanpa mendapat manfaat. Lebih parah, tambahnya, Indonesia menjadi tempat buangan polusi yang ditimbulkan dari berbagai kegiatan tersebut. “Masa iya kita membuang sampah yang dihasilkan orang lain”, ungkapnya geram.
Di samping itu, Endah mengatakan Indonesia perlu memiliki domain atau aset yang dapat diandalkan. Pasalnya, saat ini banyak negara-negara tidak besar yang justru menguasai bidang kemaritiman. Contohnya adalah Singapura yang saat ini menjadi operator pelabuhan terbesar di dunia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia dianggap perlu berperan aktif menguasai samudra dengan diplomasi. “Pengembangan perlu dilakukan dalam bidang perikanan, mineral dan migas, transportasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil,” jelasnya.
Bagi Endah, seluruh aspek dalam rancang bangun poros maritim pasti memiliki kebutuhan Research and Development (R&D). “Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mendirikan pusat-pusat unggulan teknologi kelautan. Selain itu juga perlu memperkuat konsorsium riset dan collaborative research multi disiplin,” terangnya.
Wakil Dekan FTK Sutopo Purwono Fitri ST MEng PhD Eng mengatakan pihaknya ingin transfer of technology dalam acara ini berjalan dengan baik. “Kita harus lebih berperan aktif lagi dalam pengembangan teknologi maritim dengan turut serta dalam bentuk penelitian, riset, kerjasama dan sebagainya,” ujarnya berharap.
Dikutip dari:
its.ac.id (21/1/2016)

Comments

Popular Posts